Minggu, 12 September 2021

MACAM-MACAM PENYESALAN DALAM AL-QURAN

Inilah beberapa kalimat penyesalan "yā layta"  (andai, sekiranya, alangkah baiknya, dsb) yang kelak pasti diucapkan sebagian manusia di akhirat.

Allah kabarkan apa yang terjadi di masa depan ini sebagai bentuk kasih sayang-Nya pada kita agar tidak termasuk orang-orang yang mengucapkannya nanti.

1. "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta kami akan menjadi orang-orang mu'min"
[QS Al An'ām, 6: 27]

2. "Andai saja dahulu aku menempuh jalan bersama Rasul (Muhammad)"
[QS Al Furqān, 25: 27]

3. "Celakalah aku, sekiranya dahulu aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Dia sungguh telah menyesatkanku dari peringatan Al Qur'an saat peringatan itu datang kepadaku"
[QS Al Furqān, 25: 28-29]

4. "Duhai, sekiranya dahulu kami taat pada Allah dan taat pada Rasul (Muhammad)"
[QS Al Ahzāb, 33: 66]

5. "Duhai, seandainya jarak antara aku dan kamu (setan yang selalu menyertai) seperti jarak antara timur dan barat. Memang (setan itu) teman yang paling jahat"
[QS Az Zukhruf, 43: 38]

6. "Duhai, alangkah baiknya jika kitabku (catatan amal) ini tidak diberikan padaku. Sehingga aku tidak tahu bagaimana perhitungan amalku"
[QS Al Hāqqah, 69: 25-26]

7. "Duhai, sekiranya kematian itu menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tak berguna untukku. Kekuasaanku telah lenyap dariku"
[QS Al Hāqqah, 69: 27-29]

8. "Andai saja jika aku dahulu jadi tanah"
[QS An Nabā', 78: 40]

9. "Duhai, seandainya dahulu aku mengerjakan amal shalih untuk hidupku ini"
[QS Al Fajr, 89: 24]

Tapi apa daya. Penyesalan itu semua sia-sia. Jauh lebih baik menyesali dosa mulai saat ini.
Sebelum datang hari dimana penyesalan tak berguna lagi.

Karena sungguh tidak ada jalan pulang ketika kita berada diakhirat.


Sabtu, 28 September 2019

KETIKA RIBA MENGGURITA, KITA MAKIN SENGSARA


BAGIAN KEDUA: MACAM-MACAM RIBA

Oleh: Syaikh ‘Isa bin Ibrahim ad-Duwaisy

Imam ‘Ali bin Husain bin Muhammad atau yang lebih dikenal dengan sebutan as-Saghadi, menyebutkan dalam kitab an-Nutf bahwa riba menjadi tiga bentuk yaitu:

1. Riba dalam hal peminjaman.
2. Riba dalam hal hutang.
3. Riba dalam hal gadaian.

A. Riba Dalam Hal Pinjaman
Bentuk riba dalam hal pinjaman ada dua sifat (gambaran):

1. Seseorang meminjam uang 10 dirham tetapi harus mengembalikan 11 atau 12 dirham dan lain sebagainya.

2. Ia mengambil manfaat (keuntungan) pribadi dengan pinjaman tersebut, yaitu dengan cara si peminjam harus menjual barang miliknya kepadanya dengan harga yang lebih murah dari harga pasaran atau ia harus menyewakan barang itu kepadanya atau memberinya atau ia (si peminjam) harus bekerja untuk si pemberi pinjaman dengan pekerjaan yang membantu urusan-urusannya atau ia harus meminjamkan sesuatu kepadanya atau ia harus membeli sesuatu darinya dengan harga yang lebih mahal dari harga pasaran atau ia harus menyewa suatu sewaan darinya, dan begitu seterusnya.

Sifat (gambaran) riba yang pertama misalnya, seseorang meminta kepada orang lain sejumlah uang dengan cara meminjam, ia meminta darinya sebanyak 10.000 riyal, lalu Ahmad (si pemberi pinjaman) berkata, “Engkau harus mengembalikan uang pinjaman itu kepada saya sebesar 11.000 riyal,” atau ia berkata, “Engkau harus memberi saya tambahan walaupun sedikit.” Maka inilah riba dan hukumnya haram. Dan masuk dalam kategori ini pinjaman dari bank-bank dengan memberikan tambahan sebagai imbalan pinjaman yang ia terima.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.” [Ali ‘Imran/3: 130]

Abu Bakar al-Jashshash rahimahullah berkata, “Riba yang dulu dikenal dan dilakukan oleh orang-orang Arab hanyalah berupa pinjaman dirham dan dinar sampai batas waktu tertentu dengan memberikan sejumlah tambahan dalam pinjaman sesuai dengan kesepakatan mereka. Ini adalah riba nasi-ah dan riba seperti ini sangat masyhur di kalangan orang Arab pada masa Jahiliyyah, dan ketika al-Qur-an turun, maka datanglah pengharaman ini.

Sifat (gambaran) yang kedua misalnya, si pemberi pinjaman mengambil manfaat (keuntungan) pribadi dari pinjaman yang ia berikan.

Misalnya, seseorang meminjam sejumlah uang dari orang lain, lalu Muhammad (si pemberi pinjaman) meminta kepada orang tersebut agar ia menjual sesuatu miliknya kepadanya atau memberinya sesuatu ataupun yang lainnya sebagai imbalan dari pinjaman yang ia berikan kepadanya. Maka ia telah mengambil keuntungan pribadi dari pinjamannya, dan ini termasuk riba.

B. Riba Dalam Hal Hutang
Bentuk riba kedua ialah riba dalam hal hutang, yaitu seseorang menjual barang kepada orang lain dengan cara diakhirkan pembayarannya, ketika waktu pembayaran tiba si pemberi hutang memintanya untuk segera melunasi hutangnya dengan berkata, “Berikan aku tambahan beberapa dirham,” maka perbuatan ini juga termasuk riba.

Misalnya seseorang meminjam uang dari orang lain sebesar 10.000 riyal dan akan dibayar pada waktu tertentu (sesuai dengan kesepakatan). Ketika waktu pembayaran hutang telah tiba, ia tidak mampu untuk membayarnya, lalu ia (si pemberi pinjaman) berkata kepadanya, “Engkau bayar hakku sekarang atau engkau harus memberiku tambahan atas 10.000 riyal yang engkau pinjam dan waktu pembayarannya akan diakhirkan lagi.” Maka ini juga termasuk riba.

C. Riba Dalam Pegadaian
Bentuk riba yang ketiga ialah riba dalam pegadaian. Riba dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat dari para ulama رحمهم الله.

KETIKA RIBA MENGGURITA, KITA MAKIN SENGSARA

BAGIAN PERTAMA: PENGERTIAN RIBA*

Oleh: Syaikh ‘Isa bin Ibrahim ad-Duwaisy

Pengertian Riba
Dalam kamus Lisaanul ‘Arab, kata riba diambil dari kata رَبَا. Jika seseorang berkata رَبَا الشَّيْئُ يَرْبُوْ رَبْوًا وَرَبًا artinya sesuatu itu bertambah dan tumbuh. Jika orang menyatakan أَرْبَيـْتُهُ artinya aku telah menambahnya dan menumbuhkannya.

Dalam al-Qur-an disebutkan:

وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ

“…Dan menyuburkan sedekah…” [Al-Ba-qarah/2: 276]

Dari kata itu diambillah istilah riba yang hukumnya haram, Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah…” [Ar-Ruum/30: 39]

Maka dikatakan, رَبَا الْمَالُ (Harta itu telah bertambah).

Adapun definisi riba menurut istilah fuqaha’ (ahli fiqih) ialah memberi tambahan pada hal-hal yang khusus.

Dalam kitab Mughnil Muhtaaj disebutkan bahwa riba adalah akad pertukaran barang tertentu dengan tidak diketahui (bahwa kedua barang yang ditukar) itu sama dalam pandangan syari’at, baik dilakukan saat akad ataupun dengan menangguhkan (mengakhirkan) dua barang yang ditukarkan atau salah satunya.

Riba hukumnya haram baik dalam al-Qur-an, as-Sunnah maupun ijma’.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” [Al-Baqarah/2: 278]

Allah Ta’ala juga berfirman:

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” [Al-Baqarah/2: 275]

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba…” [Ali ‘Imran/3: 130]

Dalam as-Sunnah banyak sekali didapatkan hadits-hadits yang mengharamkan riba. Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia berkata:

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ. وَقَالَ: هُمْ سَوَاءٌ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melaknat pemakan riba, yang memberi riba, penulisnya dan dua saksinya,” dan beliau bersabda, “mereka semua sama.”

Dalam hadits yang sudah disepakati keshahihannya dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ! وَذَكَرَ مِنْهُنَّ: آكِلَ الرِّبَا.

“Jauhilah tujuh perkara yang membawa kehancuran,” dan beliau menyebutkan di antaranya, “Memakan riba.”

Dan telah datang ijma’ atas haramnya riba.

Kamis, 26 September 2019

Maafkan Aku Al-Qur'an



Oleh : Wildan Nugraha

Jika kata-kata dari Al-Qur'an saja tidak bisa merubah diri kita... tidak bisa memotivasi kita.. Padahal Al-Quran itu datangnya dari Allah. Maka jika Allah saja enggak bisa membuat kita bangkit... gak membuat kita bisa termotivasi...


Kurang apa lagi?
Pahala dilipat gandakan. Dihamparkan. Huruf perhuruf berganti menjadi kebaikan-kebaikan..
Sampai disini mestinya kita mengerti...
Jangan jangan bukan kita yang tak punya waktu untuk membaca Al-Quran.. Tapi... Al-Quranlah yang tidak mau dibaca oleh kita.


Kita selalu mempunyai banyak waktu...
Tapi tidak dengan Al-Quran.


Yang kita baca saat sempat saja.
Yang kita renungi saat ada musibah saja.
Yang kita dekap saat ada maunya saja.
Yang dengarnya hanya hitungan jari saja.
Yang bersamanya tak tahan kita lama-lama.


Maka inilah alquran sumber kemuliaanmu.
Masih mau abai sama Al-Quran?
Kalaupun sudah membacanya.. periksa lebih dalam lagi.. berapa kau habiskan waktu bersamanya.


Maafkan Aku Alquran..
Belum bisa menjadi sahabat karibmu..

Mari perbanyak membaca Al-Quran, Jangan lupa baca surah Al-Kahfi di hari Jumat yang berkah ini.

Selasa, 24 September 2019

SEKILAS TENTANG AL-FATIHAH


Serial Tadabbur : Qs Al-Fatihah Part 2

Allah memberi nama lain surat Al-Fatihah Assabul Matsani (7 ayat yang diulang-ulang)

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَٰكَ سَبۡعٗا مِّنَ ٱلۡمَثَانِي وَٱلۡقُرۡءَانَ ٱلۡعَظِيمَ
Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur'an yang agung.

- Sura Al-Hijr, Ayah 87

Bukti pengulangan yang banyak tersebut dapat dilihat, jika sehari kita membaca 17 kali maka sebulan terbaca 510 kali. Setahun terbaca 6.120 kali, dalam jangka waktu 10 tahun terbaca 61.200 kali. Subhanallah.

Semangat inilah yang harus selalu dihidupkan saat kita menghafal Al-Qur'an. Yaitu siap membaca Al-Qur'an seluruhnya ribuan kali, agar tidak jomplang dengan Al-fatihah, bukan sibuk memikirkan kapan hafal? tapi kalan bisa terbaca ribuan kali dan bertahan dalam puluhan tahun seperti kita membaca Al-Fatihah.

Prestasi sesungguhnya dalam menghafal Al-Quran bukan semata-mata terletak pada hasilnya, namun yang paling utama terletak pada kesabaran dalam ketaatan tilawah Al-Quran yang mencapai ribuan kali dalam waktu sekian tahun, yang menghiasi waktu dan kehidupan kita disisi Allah.

Jadi Alfatihah mengajarkan kepada kita, jika ingin merasakan nikmatnya Al-Quran, maka perbanyak membacanya berulang-ulang sebanyak angka kita membaca Al-Fatihah.

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبٗا مُّتَشَٰبِهٗا مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur'an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.

- Sura Az-Zumar, Ayah 23

Inilah pentingnya mengapa kita selalu berdua ;

Warzuqnaa Tilawatahu Anaa Allail wa anaa an-nahar. 
"Yaa Allah berikanlah rezeki kepadaku mampu membacanya sepanjang malam dan sepanjang siang" Artinya berikanlah kekuatan kepadaku membaca Al-Qur'an sebanyak banyaknya. 

Angka 7 dalam surat Alfatihah merupakan angka pilihan Allah. yang selarah dengan jumlah hari, jumlah thawaf, jumlah pintu neraka jahannam, jumlah ashabul kahfi, jenis manusia yang akan dinaungi Allah, Ibrahnya adalah bahwa syariat Islam banyak memilih angka 7 dalam berbagai ajarannya, sehingga Al-Quran sebagai mukjizat dari Allah, juga menjadikan angka 7 sebagai jumlah ayat-ayat surah Al-fatihah.

Catatan yang paling besar dalam interaksi kita dengan Al-fatihah adalah : 

Seberapa besar, Al-Fatihah memberi dampak dan mewarnai iman, jiwa, pemikiran, hati bahkan fisik kita? setiap hari kita membacanya minimal dalam shalat wajib 17 kali. Bila digabung dengan shalat sunnah 34 kali, sehingga setahun Al-Fatihah terbaca sebanyak 12.240 kali. Dalam sepuluh tahun 122.400 kali. Dan kita pasti sudah melampaui angka tersebut. Mustahil jika tidak memberi efek positif dalam kehidupan manusia.

Minimnya dampak pendidikan bacaan      Al-Fatihah kita disebabkan 2 hal ;

1. Tidak khusyu dan tanpa penghayatan serta minimnya harapan-harapan dari Allah dibalik pembacaannya.

2. Tidak faham akan pesan-pesan yang teremplisit yang sangat luas dibalik ayat-ayat Al-Fatihah.

Bersambung....

****

Disarikan dari Buku; Energi Al-Fatihah karya KH Abdul Aziz Abdurrauf, Lc Al-Hafidz.

Rabu, 18 September 2019

BENARKAH SEORANG WANITA BISA MENYERET 4 GOLONGAN LAKI-LAKI KE DALAM API NERAKA?

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

TIDAK ADA Dalil Syar'i dari Al-Qur'an Al-Karim maupun HADITS SHOHIH yang menunjukkan tentang adanya 4 Golongan Laki-laki (yaitu Ayah, Suami, Saudara Laki-laki dan Anak Laki-laki) yang ditarik ke dalam api Neraka oleh seorang Wanita.

Yang ada dalilnya ialah seseorang dimasukkan oleh Allah ke dalam api Neraka karena ia menjadi penyebab orang lain tersesat dari jalan Allah, seperti ia mengajak dan mendakwahi orang lain berbuat kesyirikan dan kekufuran kepada Allah, lalu ia mati dalam keadaan belum bertaubat dari perbuatan dosanya tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala di dalam surat Al-A'raaf, Ayat 38-39.

Semoga mudah dipahami dan menjadi Ilmu yang bermanfaat.

Wallahu a'lam bish-showab.. Wabillahi at-Taufiq.

RENUNGAN

                                      Bismillahirrohmannirrohim.                                                                                         
Mencari 1 yang hilang, lupa dengan 99 yang ada !

Alkisah ada seorang Raja yang sedang termenung melihat taman didepan istananya.

Ia gelisah karena tak pernah merasakan ketenangan dan sulit sekali menemukan kebahagiaan.

Kesehatannya mulai menurun karena ia mulai susah tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu.

Padahal selama ini ia tidur didalam kamar yang mewah dan menggunakan kasur yang empuk.

Ditengah lamunannya, sang Raja melihat seorang tukang kebun yang sedang bekerja sambil tertawa.

Setiap hari ia datang dengan senyuman dan pulang dengan keceriaan. 

Padahal gajinya sangat pas-pasan dan rumahnya begitu sederhana.

Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.

Saat dia pulang keluarganya telah menunggu dengan hidangan makanan seadanya dan keluarga kecil ini pun makan dengan bahagia.

Raja pun heran melihat orang ini.

Ia memanggil penasihatnya yg bijak dan bertanya:
Hai penasihatku, telah lama aku hidup ditengah kegelisahan, padahal aku memiliki segalanya. Tapi ..., aku sungguh heran melihat tukang kebun itu.
Tak pernah tampak kesedihan di wajahnya.
Kadang-kadang ia tertidur di bawah rindangnya pohon, seperti tak ada beban dalam hidupnya;  padahal ia tidak memiliki apa-apa !”

Si penasihat yg bijak tersenyum dan berkata, “Semuanya ditentukan dengan resep 99".

"Bila tukang kebun itu terkena resep ini, maka hidupnya akan gelisah dan ia tidak akan bisa tidur.”

 “Apa yang kau maksud dengan resep 99 ?
 tanya Raja

 “Besok malam perintahkan prajurit untuk mengantarkan hadiah kepadanya. Sediakan satu kotak uang dan tulislah 100 dinar. Namun isi lah kotak itu dengan 99 dinar saja.”

Raja pun menuruti saran dari penasihatnya.

Ketika hari mulai gelap, prajurit mengetuk pintu rumah tukang kebun ini dengan membawa hadiah.

Si tukang kebun membuka pintu rumahnya dan terkejut melihat prajurit membawa kotak hadiah.

Ini hadiah dari raja untukmu.” kata si prajurit.

Ya, sampaikan terima kasihku kepada raja.” jawab tukang kebun sambil kegirangan melihat kotak dengan tulisan 100 dinar. Belum pernah ia memiliki uang sebanyak itu.

Ia segera membawa masuk kotak itu dan menghitungnya bersama keluarga.

Namun ...
anehnya, jumlah uang didalam kotak itu hanya 99 dinar.

Dia pun menghitung ulang lagi, ulang lagi.., tapi tetap jumlahnya 99.

Dia yakin, pasti ada 1 uang yang jatuh. Dia pun mulai mencari-cari di sekitar pintu, tapi tak menemukan apa-apa. Akhirnya dia mencoba untuk menelusuri sepanjang jalan menuju istana. Semalaman ia mencari tapi tetap tidak menemukan apa-apa.

Matahari mulai terbit, Raja beserta penasihatnya menanti tukang kebun ini.
Tak berapa lama dia datang dengan wajah yang masam dan merengut.

Raja pun kaget dan bertanya pada penasihatnya, “Apa yang terjadi? Tak biasanya ia datang dengan wajah seperti ini !”

Penasihat raja menjawab,
“Duhai Raja, begitulah kehidupan. Kita memiliki banyak hal namun kita mencari yang tidak kita miliki.

Orang ini mendapatkan 99 dinar secara cuma-cuma namun ia sibuk mencari 1 dinar yang hilang. JadiM unculnya kegelisahan hati karena kita sibuk mencari sesuatu yang tidak kita miliki, sementara
kita tidak pernah mensyukuri 99 anugerah yang kita miliki. 

Dan sang Raja pun Terhenyak dan sadar akan kesalahan nya.

Ya benar.
Inilah jawaban atas kegelisahan ku selama ini kata Raja
"AKU KURANG MENSYUKURI SEGALA ANUGERAH YANG SUDAH KU TERIMA SAMPAI SAAT INI !"

Raja pun gembira dan menjadi bahagia 
karena sudah menerima jawaban atas kegelisahan nya selama ini.

Kisah ini memberi pelajaran yang sangat berharga bahwa nikmat kebaikan Allah telah dicurahkan begitu banyak kepada kita, namun seringkali banyak diantara kita masih saja sibuk  mencari, mencari dan mencari menant, menanti dan menanti sesuatu yang belum tentu ada sehingga
kita lupa  MENSYUKURI dengan apa yang sudah kita terima dan kita miliki.

Hargai apa yang kita  Miliki SAAT INI.
KEBAHAGIAAN  tidak akan pernah datang kepada mereka yang tidak pernah  BERSYUKUR.